Metode
Tematik Integratif. Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran
tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pada kurikulum KTSP
pembelajaran tematik hanya diterapkan pada kelas I sampai dengan kelas III,
sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI masih menggunakan pendekatan mata
pelajaran. Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan,
dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang
siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk
mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka
peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu
diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif,
sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Pembelajaran
tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga
peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Untuk kelas
I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran
penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran
lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir
abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V,
dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak.
Dalam metode
tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran
tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata
pelajaran. Metode ini sudah diterapkan di banyak sekolah. Karena dinilai
berhasil, pemerintah lalu mengadopsi dan berencana menerapkan metode ini secara
nasional. Pada kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan
banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda. Tema
yang sudah dipilih itu harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu tahun.
Guru yang menentukan atau memilih teknis pengajaran maupun durasi pembelajaran
satu tema.
Satu tema
yang dipilih oleh guru dapat diintegrasikan pada enam mata pelajaran wajib yang
ditentukan yaitu Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia, Seni Budaya dan
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Elemen perubahan kurikulum untuk jenjang SD
secara umum adalah holistik integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya
Dengan
adanya perubahan pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013, maka ada
penambahan sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Metode tematik integratif
membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang
menjadi bahasan. Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama 26-28 jam dalam
seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang
semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah bertambah menjadi 36 jam per
minggu.
Ciri-ciri
Pembelajaran Tematik
Sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut (Depdiknas, 2006):
a. Berpusat
pada siswa, Pembelajaran
tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai
subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas
belajar.
b. Memberikan pengalaman
langsung, pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu
jelas, Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai
matapelajaran, Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.
e. Bersifat
fleksibel, Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu
a. Bersifat
kontekstual atau
terintegrasi dengan lingkungan. Pembahasan suatu topik dikaitkan dengan
kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan
memecahkan masalah
yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
topik
yang dibahas.
b. Bentuk belajar harus dirancang agar
siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang
riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa
didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi
siswa, bahkan dialami siswa.
c. Efisiensi, Pembelajaran
tematik
memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi,
metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai
ketuntasan
kompetensi secara tepat.
Sumber : mastugino
Sumber : mastugino
0 komentar