Jumat, 27 Desember 2013
no image

Kelompok 5

1.      Sesi Pertanyaan

Nurul Alfi S (2013015397)
Pertanyaan : Apa yang dimaksud memerdekakan anak dan contoh dalam pendidikannya
Jawaban : Memerdekakan anak berarti mengajarkan anak suatu pembelajaran hidup maupun pendidikan sesuai dengan kodratnya dan psikologisnya, membuat anak dalam suatu kegiatan dengan bebas sebebas-bebasnya bersyarat sesuai dengan norma. Contohnya kegiatan pramuka.

Nur afifah (2013015399)
Sanggahan : Kalau lingkungan pramuka itu sempit. Bebas secara umum itu seperti apa?
Jawaban : Pramuka contoh dari kebebasan dalam pendidikan, bebas secara umum bebas sebebas-bebasnya tanpa menganggu kebebasan orang lain

Erwin Firmansyah (2013015369)
Pertanyaan : Pemberian materi menghitung, membaca, bahasa inggris diberikan kepada anak TK atau SD, apakah sesuai dengan asas pendidikan Taman Siswa?
Jawaban : Mungkin jika di telaah dari asas tamansiswa tidak sesuai, tetapi jika dilihat dari perkembangan zaman yang ada yang semakin kompleks masalahya mungkin pemberian pendidikan sejak dini kepada anak bias diberikan, tentunya dengan mempertimbangkan segi psikologis dan kemampuan anak tersebut. Pendidikan Bahasa Inggris sendiri sudah dihapuskan dari kurikulum karena Indonesia menganut system pembelajaran dari bahasa Ibunya.

Afiah Kurniawati (2013015374)
Pertanyaan : Apakah dengan banyak tugas yang diberikan kepada anak akan menganggu psikologis anak ?
Jawaban : Pemberian tugas terhadap anak bias dilihat dari kemampuannya masing-masing karena setiap anak berbeda perkembangannya dan kemampuannya. Jadi bias dikatakan menganggu jika seorang guru tidak selektif dalam memberikan tugas kepada anak didiknya.
Minggu, 15 Desember 2013
Peran Guru Di Abad 21


Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik  dan dapat dididik. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk memajukan suatu bangsa. Maka dari itu suatu bangsa perlu memiliki sistem pendidikan yang berkualitas. Apalagi saat ini kita sudah menjalani suatu masa yang dinamakan abad 21. Abad 21 ini ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat terutama teknologi informasi yang berdampak pada segala bidang. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa tatanan kehidupan yang mendunia. Keadaan ini disebut globalisasi dimana batas antar wilayah dan negara sudah tidak berarti lagi. Setiap orang mempunyai akses informasi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di negara lain. Era globalisasi menuntut kita untuk dapat bersaing di berbagai bidang.
Dunia pendidikan juga perlu mengalami perubahan yang sama cepatnya dengan perubahan zaman. Untuk mencapai perubahan tersebut perlu adanya keinginan atau kemauan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan, kapasitas dan kompetensi yang memadai guna mendukung perannya dalam pendidikan. Guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun kurikulum yang ada, tetapi bila mutu guru masih belum memadai maka pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Maka dari itu, guru merupakan kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.  
Di abad 21 ini peran guru menjadi semakin berat dimana guru harus mampu mengantarkan peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul, yang mampu bertahan dan bersaing di abad 21 ini. Hanya dengan guru yang profesional pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Yahya (2010) mengemukakan bahwa tantangan guru di abad 21 yaitu :
Pendidikan yang berfokus pada character building
Pendidikan yang peduli perubahan iklim. 
Enterprenual mindset. 
 Membangun learning community.
·         Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills). Dengan semakin kompleksnya tugas guru di masa ini, profesionalisme guru harus ditingkatkan. Guru dalam menghadapi era globalisasi ini perlu menciptakan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif dan efisien. Pembelajaran yang tepat diterapkan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) bukan lagi guru yang menjadi pusat pembelajaran. Peserta didik dalam pembelajaran di abad 21 sebagai sentral dan bersifat interaktif. Dengan demikian guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator. Guru perlu mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Keterampilan tersebut diantaranya keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, dan keterampilan belajar. Guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk dapat berpikir kritis, memecahkan masalah, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, guru menciptakan pembelajaran yang mendorong siswa agar dapat bekerja sama dalam tim untuk mencari tahu, memecahkan masalah, membuat dan mengkomunikasikan hasil pekerjaannya. Kemudian pembelajaran bersifat kontekstual sehingga menjadi lebih bermakna. Para peneliti di dunia mengkategorikan keterampilan yang diperlukan pada abad 21 menjadi empat kategori diantaranya sebagai berikut : 
a Ways of thinking (Cara berpikir); Kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar.
b  Ways of working (Cara kerja dan Komunikasi); Kolaborasi.
c Tools for working (Alat untuk bekerja); Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan informasi literasi.
d Skills for living in the world (Keterampilan untuk hidup di dunia); Kewarganegaraan, kehidupan dan karir, serta tanggung jawab pribadi dan sosial. 
Menurut Lutfianto (2011), beberapa karakter belajar yang diperlukan di abad ke-21, yaitu:
1. Communication
Pada karakter ini, siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Siswa diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari gurunya.
2. Collaboration
Pada karakter ini, siswa menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.
3. Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem. Siswa juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, siswa juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4. Creativity and Innovation
Pada karakter ini, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Pada intinya guru perlu menerapkan pilar-pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik tidak hanya mengajarkan pengetahuan saja pada siswanya melainkan mendidik peserta didik agar menjadi individu yang mandiri, disiplin, kreatif, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani.
Selain inovasi dalam pendekatan pembelajaran, untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan inovatif guru harus memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai alat belajar. Guru harus memiliki wawasan yang luas. Guru perlu melakukan perubahan sistem pembelajaran yang awalnya bersifat konvensional menjadi sistem pembelajaran yang berbasis ICT (Information and Communication Technology). Dua hal yang sangat penting demi ketercapaian guru yang berkualitas yaitu penguasaan teknologi komputer dan internet. Dengan menguasai dua teknologi tersebut, guru dapat memanfaatkannya untuk proses pembelajaran dan untuk mengembangkan kemampuannya.
Guru yang dapat mengoperasikan komputer/ laptop dan internet dapat memudahkan guru  dalam memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengajar. Pembelajaran yang berbasis ICT salah satunya penggunaan laptop dalam KBM memiliki keunggulan-keunggulan diantaranya pembelajaran akan menjadi lebih menarik sehingga menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan menggunakan laptop, guru dapat membuat rangkuman materi dengan program power point lalu ditayangkan di depan kelas. Guru dapat menyajikan media pembelajaran yang bervariasi seperti media audio, media visual, dan media video. Selain media, metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan konteks materi. Penggunaan media dan metode yang bervariatif akan menghasilkan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Untuk menunjang pembelajaran ICT itu, sekolah pun harus menyediakan fasilitas yang dapat menunjang pembelajaran ICT seperti penyediaan LCD atau infocus, laboratorium komputer dan akses internet di sekolah.
Bentuk pembelajaran berbasis ICT memberikan manfaat bagi para guru diantaranya sebagai berikut: (1) Memperoleh materi pembelajaran dengan akses lebih mudah. Guru dalam melakukan persiapan mengajar akan lebih ringan karena guru dapat langsung menyeleksi, menyalin dan mengedit materi yang akan disajikan.; (2) Meningkatkan kompetensi pedagogik pendidik, salah satunya kreativitas serta inovasi mengembangkan konten pembelajaran; (3) Guru dapat menyusun materi sesuai dengan kebutuhan peseta didik akan kehidupan nyata; dan (4) Meningkatkan komunikasi interaktif dengan para peserta didik tanpa batas ruang dan waktu.
Guru dalam pembelajaran di abad 21 harus memberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya pada peserta didik untuk mengembangkan keterampilannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi - khususnya komputer. Guru dapat memberikan tugas yang menuntut peserta didik untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Misalnya peserta didik melaporkan hasil kerjanya melalui email, blog dan sebagainya atau dengan diketik (print out). Di abad 21 ini, teknologi sudah berkembang menjadi media pembelajaran utama.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, hal ini akan berpengaruh pada nilai-nilai suatu bangsa. Untuk itu pendidikan budaya dan karakter bangsa sangat tepat untuk ditanamkan dan diimplementasikan pada peserta didik agar dapat memilih dan memilah hal yang positif dan negatif dari kemajuan teknologi. Karena apa artinya kemajuan suatu bangsa tanpa dibarengi dengan kepribadian dan akhlak yang baik.
Untuk lebih membuka wawasan dan mengembangkan keterampilan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, diharapkan guru mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar yang bertemakan penerapan ICT untuk pembelajaran. Pembelajaran di abad 21 saat ini membuat guru harus lebih profesional dan menguasai alat yang bernama komputer dan teknologinya. Sehingga guru dalam menyampaikan materi pada peserta didik akan lebih baik  dan sesuai dengan perkembangan zaman. Setelah guru menjalani pelatihan-pelatihan diperlukan supervisi atau pengawasan yang berkelanjutan untuk melihat dan mengevaluasi pembelajaran berbasis ICT yang dilakukan oleh guru.
Untuk terlaksananya pendidikan yang berkualitas, tak lepas dari peran serta pemerintah dan masyarakat. Salah satu peran pemerintah dalam memajukan pendidikan diantaranya adalah memberikan tunjangan sertifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran juga dalam kesejahteraan. Dengan adanya sertifikasi seharusnya guru mengalokasikannya untuk pemenuhan alat pembelajaran yang relevan di abad 21 saat ini salah satunya yaitu memiliki laptop sehingga setiap guru sudah menggunakan laptop dalam pembelajaran.
Dengan memasuki abad 21, maka guru mau tidak mau harus sudah siap menguasai teknologi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Guru harus selalu mampu beradaptasi dan siap menghadapi perubahan yang terjadi setiap saat. Guru harus mampu memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat ke dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran di abad 21 penuh tantangan yang harus ditaklukkan agar dapat membawa peserta didik kelak mampu bertahan dan bersaing di dunia luar.

Sumber : Belanura
Paradigma Pendidikan Indonesia Abad 21

 
Selaras dengan prinsip-prinsip dalam revolusi pembelajaran (learning revolution), proses pembelajaran seharusnya berpijak pada pilar-pilar active learning, creative learning, effective learning, dan joyful learning. Pembelajaran juga berpijak pada empat pilar pendidikan menurut UNESCO, yakni Learning to know, learning to do, learning to be, dan learning how to live together.
Perubahan paradigma belajar di abad 21, yakni :
1. Dari pengajaran (teaching) ke pembelajaran (learn­ing)
2. Dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered)
3. Dari pembelajaran pasif ke cara belajar siswa aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL)
4. Dari sistem pembelajaran klasikal ke individual
5. Dari penyamarataan ke keanekaragaman
6. Dari pembelajaran yang mementingkan kecer­dasan intelektual menuju kecerdasan ganda atau dari pembelajaran yang mementingkan faktor IQ menuju pembelajaran yang mementingkan kecer­dasan ganda (EI = emotional intelligence, SI = spiri­tual intelligence, MI = motivation intelligence, dan tipe kecerdasan lainnya)
7. Dari metode mengajar yang expository (memberi­kan informasi atau ceramah) ke metode proyek yang lebih banyak memberikan pengalaman belajar kepada siswa
8. Dari suasana pembelajaran yang menakutkan (me­negangkan) ke suasana pembelajaran yang menye­nangkan
9. Dari sistem pembelajaran yang menekankan aspek akademis ke sistem pembelajaran yang memerha­tikan potensi keseluruhan aspek kecerdasan
10. Dari sistem pembelajaran yang menggunakan perangkat sederhana menuju system pembelajaran dengan perangkat elektronik
11. Dari sistem pembelajaran monolitik ke sistem pembelajaran yang terintegrasi. Dari sistem pembelajaran tatap muka atau face to face ke sistem pembelajaran jarak jauh dan e-learn­ing

Sumber : Siswantodanang
Metode Tematik Integratif


Metode Tematik Integratif. Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pada kurikulum KTSP pembelajaran tematik hanya diterapkan pada kelas I sampai dengan kelas III, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI masih menggunakan pendekatan mata pelajaran. Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. 

Dalam metode tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Metode ini sudah diterapkan di banyak sekolah. Karena dinilai berhasil, pemerintah lalu mengadopsi dan berencana menerapkan metode ini secara nasional. Pada kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda. Tema yang sudah dipilih itu harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu tahun. Guru yang menentukan atau memilih teknis pengajaran maupun durasi pembelajaran satu tema.

Satu tema yang dipilih oleh guru dapat diintegrasikan pada enam mata pelajaran wajib yang ditentukan yaitu Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Elemen perubahan kurikulum untuk jenjang SD secara umum adalah holistik integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya

Dengan adanya perubahan pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013, maka ada penambahan sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Metode tematik integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama 26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah bertambah menjadi 36 jam per minggu.

Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut (Depdiknas, 2006): 
a. Berpusat pada siswa, Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung, pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct  experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.  Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat  berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam  suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep  tersebut secara utuh.
e. Bersifat fleksibel, Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar  dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya  dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan  minat dan kebutuhannya.
g.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang  dibahas.
b. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
c. Efisiensi, Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

Sumber : mastugino

Sabtu, 14 Desember 2013
Galery Foto





Struktur Kurikulum 2013 dan Alokasi Waktu Belajar kurikulum 2013 SMA

Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas:
a. Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
b. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu Peminatan Matematika dan Sains, Peminatan Sosial, dan Peminatan Bahasa.
c. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok Peminatan lainnya. Misalnya bagi peserta didik yang memilih Kelompok Peminatan Bahasa dapat memilih mata pelajaran dari Kelompok Peminatan Sosial dan/atau Kelompok Peminatan Matematika dan Sains.
d. Mata Pelajaran Pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata pelajaran dalam kelompok Peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi.
e. Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan Mata Pelajaran Pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satu.
Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Kelompok Mata Pelajaran Wajib merupakan bagian dari kurikulum pendidikan menengah yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan logika dan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa, pengenalan lingkungan fisik dan alam, kebugaran jasmani, serta seni budaya daerah dan nasional.
Struktur kelompok mata pelajaran wajib dalam kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut:



BEBAN BELAJAR
Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

Sumber : edukasi , kata ilmu

Pengikut

Mengenai Saya